Kajian Humanisme dalam Keterlibatan Orangtua (Parental Involvement) dalam Pendidikan Anak

Oleh Dr. Dewi Fitriana, M.Psi., Psikolog

Menurut psikologi humanistik, aliran psikoanalisis dan behavioristik telah mengesampingkan aspek-aspek penting dalam diri manusia yang sebenarnya mampu membangun kedirian kemanusiaan yang utuh dalam diri manusia. Aspek-aspek individualitas, potensialitas, kreativitas, dan kebebasan manusia kurang mendapat perhatian dalam aliran psikoanalisis dan behavioristik.

Aliran psikologi humanistik memandang manusia sebagai subjek dengan keunikan tersendiri, memiliki beragam potensi yang perlu untuk diaktualisasikan, dan memiliki dorongan-dorongan yang murni berasal dari dalam dirinya. Konsep diri yang dimiliki seseorang menjadi salah satu tema utama dalam aliran psikologi humanistik. Aliran ini menganggap bahwa aliran psikologi psikoanalisis dan aliran psikologi behavioristik tidak memberi ruang bagi kemungkinan-kemungkinan potensi yang ada dalam diri manusia dan metode-metode untuk mengembangkan potensi-potensi kemanusiaan dalam upaya mencapai puncak aktualisasi diri. Tokoh-tokoh psikologi humanistik yang mengajukan penolakan terhadap paradigma psikoanalisis dan behavioristik antara lain adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers (Kendler, 1987; Myers, 2002), dan William Glasser (Yao Tung, 2013).

Humanistik merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan yang sangat mengutamakan ideologi kemanusiaan (humanisme) sebagai tolok ukur keberlangsungan proses pendidikan. Melalui pendekatan filosofis yang sangat menekankan pada filosofi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan melakukan pendekatan pendidikan dengan menempatkan manusia sebagai subjek.

Menurut pandangan humanistik, pendidikan bermaksud membentuk insan manusia yang memiliki komitmen humaniter sejati, yaitu insan manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab sebagai insan manusia individual, namun tidak terangkat dari kebenaran faktualnya bahwa dirinya hidup di tengah masyarakat. Dengan demikian, ia memiliki tanggung jawab moral kepada lingkungannya, berupa keterpanggilannya untuk mengabdikan dirinya demi kemaslahatan masyarakat (Baharuddin, 2010).

Aliran filsafat pendidikan humanistik memiliki kesadaran akan potensialitas, aktualitas diri, dan kemampuan mandiri manusia sebagai individu untuk membuat keputusan dalam lingkungan yang terus menerus mengalami perkembangan (Hanurawan, 2006). Dalam hal ini orang tua diharapkan dapat terlibat di setiap tahapan perkembangan anaknya. Anak adalah makhluk Tuhan yang memiliki karakteristik berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Tidak ada dua anak yang sama persis walaupun secara fisik memiliki kesamaan seperti anak kembar. Ketika orang tua mengenal karakteristik setiap anak-anaknya, mereka akan dapat memberikan perlakuan yang tepat kepada masing-masing anak.

Orang tua merupakan tokoh yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan anak. Hasil penelitian Walker dan Hoover-Dempsey (2008) terhadap anak-anak sukses di sekolah menunjukkan bahwa peran orang tua, mencakup perhatian, dukungan, dan kesiapan untuk membantu anak merupakan ciri-ciri orang tua yang anaknya berhasil di sekolah. Pencapaian prestasi siswa di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dalam menghargai prestasi dan mendorong anak untuk mencapai hasil yang baik di sekolah. Sebaliknya, orang tua yang kurang mendukung anak untuk belajar dan kurang menghargai prestasi anak di sekolah akan membuat anak kurang berprestasi.

Keterlibatan orang tua tidak hanya di sekolah tetapi orang tua juga sebaiknya terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka di rumah (Epstein, 2001). Manfaat keterlibatan orang tua meliputi meningkatnya prestasi akademik, menurunnya tingkat ketidakhadiran siswa, meningkatnya motivasi berprestasi, dan berkurangnya tingkat putus sekolah. Tinjauan dari penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa semakin besar keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anaknya, maka akan semakin sukses anak tersebut (Olender, Elias, dan Mastroleo, 2010; Peng dan Wright, 1993; Fejgin, 1995). Anak-anak tidak dapat memfokuskan perhatiannya pada pelajaran sekolah jika di rumahnya tidak ada keterlibatan orang tua dan ini akan menimbulkan rendahnya prestasi akademik (Hoover, dan Sandler, 1995; Lawson, 2003).

Jeynes (2005)mengatakan bahwa keterlibatan orang tua (parental involvement) didefinisikan sebagai partisipasi orang tua dalam proses dan pengalaman pendidikan anak-anak mereka. Hal ini meliputi keterlibatan orang tua di rumah, seperti mendengarkan anak membaca dan mendampingi anak menyelesaikan pekerjaan rumah, keterlibatan orang tua di sekolah seperti menghadiri workshop pendidikan orang tua dan pertemuan orang tua-guru. Penggunaan istilah orang tua untuk menunjukkan orang yang menjalankan peran sebagai orang tua terhadap anak. Istilah tersebut meliputi ibu, ayah, kakek, nenek, dan anggota keluarga lainnya, termasuk juga orang tua angkat dan orang lain yang berperan sebagai wali. 

Jika kita lihat kondisi yang ada pada saat ini, banyak orang tua yang berpandangan bahwa apabila anak mereka sudah menginjak remaja, orang tua tidak perlu mengawasi terlalu dalam tentang pendidikan putra-putrinya, semua diserahkan kepada sekolah. Apabila ada pertemuan orang tua dengan pihak sekolah, seminar orang tua, maupun performance anak-anak, ada kecenderungan orang tua yang anaknya masih kecil biasanya lebih menyempatkan waktu untuk hadir, daripada mereka yang mempunyai anak remaja. Pandangan yang salah ini harus segera dibenahi karena akan membawa dampak yang sangat negatif kepada anak.

Robert Marzano (dalam Olender, R.A, Ellias, J dan Mastroleo R.D, 2010) mengatakan bahwa komunitas dan keterlibatan orang tua adalah salah satu dari 11 faktor paling efektif dalam meningkatkan prestasi siswa.

Orang tua berperan sekaligus sebagai seorang guru bagi anaknya di rumah. Orang tua seharusnya tidak hanya menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak hanya kepada guru saja. Kajian humanistik menegaskan bahwa peran seorang guru tidak lagi sebagai seorang ahli, tetapi menjadi seorang fasilitator (Johnson, 2006). Guru menerangkan sebuah pengalaman, kemudian mengajak siswa untuk menganalisisnya dan membuat siswa mampu membuat kesimpulan sendiri. Pendekatan ini mengarahkan siswa memiliki pemahaman yang mendalam dan menjadi lebih bijak. Latihan-latihan yang diberikan menyenangkan, suasananya hidup, diskusi yang relevan dengan topik, dan membuat semua orang terlibat dalam proses pembelajaran.

Lebih lanjut Johnson (2006) menjelaskan perbedaan antara proses pembelajaran tradisional dengan humanistik adalah sebagai berikut:

TradisionalHumanistik
Mempelajari inti pelajaran melalui ingatan   Menekankan pada akumulasi fakta Guru sebagai seorang ahli Siswa sebagai penerima informasi Tergantung pada guru Tanggung jawab belajar berada pada sekolah dan guru Proses belajar berlangsung secara kaku Pelajaran adalah kumulasi Pelajaran adalah tugasMempelajari bagaimana belajar; berpikir kritis Menekankan pada keterampilan belajar Guru sebagai fasilitator Siswa sebagai partisipan aktif Tergantung pada diri sendiri Tanggung jawab belajar berada pada siswa   Proses belajar berlangsung fleksibel Pelajaran adalah eksponensial Pelajaran adalah menyenangkan

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. 2010. Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi Praksis dalam Dunia Pendidikan). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Epstein, J.L. 2001. Building Bridges of Home, School, and Comunity : The Importance of Design. Journal of Education for Students Placed at Risk, 6 (1 & 2): 161-168.

Fejgin, Naomi. 1995. Factors Contributing to The Academic Excellence of American Jewish and Asian Students. Sociology of Education, 68, 18-30.

Hanurawan, F., Samawi, Ahmad, dan Noor Syam, Mohammad. 2006. Filsafat Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Hoover, D., K. V. And H.M. Sandler. 1995. Parental Involvement in Children’s Education: Why Does it Make a Difference ?. Teachers College Record, 97: 310-331.

Jeynes, W.H. 2005. A-meta Analysis of The Relation of Parental Involvement to Urban Elementary School Student Academic Achievement. Urban Education, 40 (3), 237-269.

Johnson, P. E. (2006). Process Education: A humanistic response to fundamentalism.The Humanist, 66(3), 31-34. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/235279323?accountid=38628

Kendler, H.H. 1987. Historical Foundations of Modern Psychology. Philadelphia: Temple University Press

Lawson, M.A. 2003. School-Family Relations in Context: Parent and Teacher Perceptions of Parental Involvement. Urban Education, 38: 77-133.

Myers, D.G. 2002. Social Psychologi. Boston: McGraw-Hill

Olender, R.A, Ellias, J dan Mastroleo R.D. 2010. The School-Home Connection: Forging Positive Relationships With Parents. California: A SAGE Company.

Peng, S.S. and Wright, D. 1993. Explanation of Academic Achievement of Asian American Students. Paper Presented at The American Statistical Association Winter Conference at Ft. Lauderdale, Florida.

YaoTung, Khoe. 2013. Filsafat Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *