MENGENAL LEBIH DALAM TASAWUF PSIKOTERAPI

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (FUSA) UIN Imam Bonjol telah mengantongi izin pembukaan Program Studi Tasawuf Psikoterapi awal semester 2022-2023 ini, namun belum dapat efektif disebabkan kendala adminstrasi akademik di tingkat kebijakan nasional. Namun, proses pematangan terus berlanjut melalui workshop kurikulum sebagai penguatan pengenalan, capaian, profil dan performance alumni yang akan dihasilkan.

Workshop yang menghadirkan narasumber pakar Tasawuf Psikoterapi dan sekaligus Ketua Konsorsium Prodi ini dari UIN Raden Intan Palembang dan seorang Doktor yang dokter, ahli medis yang mendayagunakan sipritualitas disamping medis dalam penyehatan pasiennya, Dr.dr.Etriyel ahli Urologi, diharapkan dapat mengokohkan tekad civitas akademika FUSA akan urgensinya Prodi Tasawuf Psikoterapi dan sekaligus dapat memastikan kurikulum, materi ajar, pendekatan, metode dan pola pratek lapangannya.

Diskusi tentang Prodi Tasawuf Terapi berkisar memastikan distingsi, ekselensi, performace alumni, dan lembaga tempat pengabdian alumni nantinya. Keberadaan ilmu tasawuf sebagai satu dari tiga khazanah keilmuan Islam klasik, Ilmu Kalam dan Ilmu Fiqih, sudah lama mapan dan melembaga dalam kajian akademik pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri. Prodi Tasawuf Terapi perlu ditentukan dengan jelas ketika ilmu murni tasawuf dikembangkan menjadi ilmu praktis dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kesehatan jiwa masyarakat dan mengatasi problema sosial yang berbasis agama, seperti radikalisme, intoleran, bahkan terorisme.

EKSISTENSI TASAWUF PSIKOTERAPI
Keberadaan Tasawuf Psikoterapi sebagai kajian akademik harus mendapat pengakuan dari pihak penentu kebijakan, Dirjen Pendidikan Islam Kementrian Agama, setelah sebelumnya ada naskah akademik hasil dari pendapat pakar bidangnya. Untuk mendapatkan pengakuan akademis perlu ditemukan irisin tasawuf psikoterapi dengan psikologi dan medis dalam bentuk terapis. Perlu diperkuat juga epistimologi keilmuan dan metodenya. Untuk itu semua dapat diangkat dari pendapat dan praktek yang sudah dirumuskan oleh ulama dan tokoh Islam, seperti yang sudah dipakai oleh imam al Ghazali, melalui tazkiyah al-Nafs sebagai metode untuk mengendalikan hawa nafsu, Ibnu Qayyim dengan Tibun Nabawi, dan kesehatan mental.

Pengakuan akademis. Otoritas akademik Tasawuf Psikoterapi ini menjadi tugas ilmuwan yang focus dalam kajian tasawuf berkalobarasi dengan ilmuwan psikologi serta mendapat dukungan ahli kesehatan medis. Ilmu tasawuf yang focus kajiannya pada peningkatan akhlak lahir, penguatan jiwa, penjernihan hati, dan penatalaksanaan jiwa melalui latihan-latihan prilaku baik dan latihan jiwa (riyadhah) baik yang dilakukan sendiri, melalui wirid khusus, ataupun melalui bimbingan ahli tarekat (mursyid). Pemahaman konsep diri yang dilanjutkan dengan relasi batiniah yang kuat dengan sang Khalik, dapat mendatang pengetahuan melebihi dari pengetahuan empiris dan rasional, disebut dalam tasawuf dzouq (alam rasa).

Kekuatan Hukum Formal. Sebagai program studi yang nomeklaturnya sudah mendapat pengakuan akademik, mesti mendapat pengakuan yuridis. Konsorsium keilmuan tasawuf psikoterapi mesti diperjuangkan kolegiumnya sehingga dapat pengakuan dalam dunia kerja formal dan kerja masyarakat muslim terbuka lebar. Kerja meyakinkan dan mengurus persyaratan birokrasi yang didukung oleh pendapat pakar, hasil penelitian dan argumen rasionalitas kebutuhan masyarakat terhadap Program Studi Tasawuf Psikoterapi.

Dukungan Masyarakat. Pengakuan sosiologis Tasawuf Psikoterapi dikembangkan bahwa ia dapat menjadi alternatif bagi penyembuhan gejala gangguang kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental ringan, sedang, bahkan tingkat tinggi sekalipun dapat diperbaiki melalui terapi tasawuf, sebagai sudah dipraktekkan oleh orang dan lembaga tertentu. Mensosialisasikan dengan benar dan mudah dimengerti masyarakat beragama bahwa tasawuf psikoterapi yang beririsan dengan psikologi,dan praktek tasawuf dikalangan tarekat seperti doa, dzikir dan wirid khususnya.

B. DISTINGSI DAN EXELENCE TASAWUF PSIKOTERAPI
Daya jual sebuah program studi adalah jelasnya perbedaan dan keunggulan yang dimilikinya. Perbedaann mendasar tasawuf psikoterapi dengan prodi tasawuf adalah adanya integrasi Ilmu teoritis akademis tasawuf dengan praktek tasawuf baik yang dilakukan individu dengan mengedapankan prilaku ihsan atau tasawuf yang diamalkan oleh penganut tarekat. Kemudian diperkuat pula dengan pendekatan psikologi Islam dan terapi dengan pendekatan medis.

Distingsi dari prodi tasawuf psikoterapi ada pada kekuatan integrasi tiga bidang keilmuan (tasawuf, psikologi dan terapi) yang didukung oleh praktek keagamaan yang sudah terbukti mampu memberikan manfaat praktis, seperti penyehatan kecanduan narkoba dengan terapi dzikir. Distingsi integrasi ilmu dan praktik ini dapat memberikan nilai lebih bagi Sarjana Agama (S.Ag) alumni prodi Tasawuf Psikoterapi dapat menjadi terapis, konselor dan sekaligus mursyid dalam membantu orang-orang yang bermasalah dengan kesehatan mental dan meningkatkan produktivitas melalui motivasi sipritual, manajemen kalbu atau pencerahan qalbu.

Dari sisi keunggulan, Tasawuf Psikoterapi hakikat (ontologinya) ikhitiar untuk mendayagunakan ilmu dan praktik keagamaan bagi pencegahan krisis kemanusiaan, seperti kecemasan tak beralasam, stress, depresi dan selanjutnya meningkatkan kualitas hidup melalui kesehatan mental yang prima. Keunggulan tasawuf psikoterap adalah merealisasikan terapi qalbu (autoheliang) yang berbasis ilmu tasawuf, lebih khusunya melalui madrasah tasawuh, yaitu tarekat, dan mensinergikannya dengan keilmuan psikologi yang basisnya rasio, alam pikiran (maindset) dan khazanah pengobatan sesuai sunnah, seperti tibbun nabawy, herbal, ruqyah dan sejenisnya.

C. KOMPETENSI IHSAN (ALUMNI TASAWUF PSIKOTERAPI)
Dalam khazanah keilmuan Islam ada tiga pilar utama yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Iman menyasar dan focus pada pembahasan aqidah, penataan keimanan yang terpadu antara dogmatis dengan iman yang logis, ilmunya bernama ilmu kalam, Ushuluddin, aqidah dan teologi. Aqidah yang sahih, sehat – tidak jabariyah, tidak qadariyah, tetapi sahihah (sehat dan sesuai nalar) adalah modal utama dalam beragama yang sehat yang akhirnya dapat menyehatkan mentalitas.

Penataan aqidah, keyakinan yang lurus tidak dapat bertahan dan berjalan dengan efektif, bila tidak diikuti dengan ketaatan pada ajaran Islam yang lahiri dan sudah mutawatir. Terma Islam dalam hadis tiga pilar agama itu, melahirkan ilmu syariat (fiqh), menata gaya hidup, mengenai penataan ibadah dan kesehatan fisik dan kehidupanya nyata adalah lingkup kajian fiqih yang mendorong terjadi keperibadian yang matang.

Ihsan, menata qalbu adalah pilar ketiga rukun agama. Penataan qalbu melalui tazkiyah, maqamat, ahwal, dzikir, wirid tarekat dan sejenisnya adalah piranti dalam diri yang akhirnya membentuk pikir dan fisik manusia. Ihsan yang dipraktik individu atau kelompok yang dalam khazanah keislaman dinamakan tarekat adalah instrumen untuk mencapai jalan dekat dengan Tuhan, yang hasilnya nanti terciptanya kesehatan mental yang kuat.

Hadist tentang ihsan, kaanaka taraahu, seolah-olah melihat Tuhan, dalam ilmu tasawuf disebut dengan musyahadah. Musyahadah adalah terapi hati yang dapat mengundang ketenangan dan kesiapan menerima realitas hidup sesulit apapun. Sufi yang sudah kuat musyahadah (penyaksian ketuhanannya) adalah individu yang sudah sampai pada level haqqul yaqin, kematangan beragama yang sudah sampai puncak tugas perkembangannya.

Sedangkan kata fainnaka yaraka, sadari bahwa Allah swt selalu melihatmu, terma ini bermakna muraqabah, selalu dalam kendali dan pengawasan Allah swt, (QS. Qaf, 16). Individu yang kuat dan melekat padanya bahwa ia dalam kendali dan pengawasan sang Khalik akan dengan mudah mencegah dirinya terjatuh pada pengaruh nafsu amarah, dan lawwamah, diyakini jiwanya akan mudah terhubung dengan nafsu muthmainnah, (QS. Al-Fajr).

Kompetensi tasawuf psikoterapi yang dapat dicapai melalui integrasi tiga bidang ilmu dengan didukung praktik sufistik yang sudah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat muslim maka dapat dikatakan bahwa prodi ini akan melahirkan terapi dan konselor yang memiliki kualifikasi sufi healing. Sufi healing artinya penyehatan mental, qalbu dan hasilnya membawa pengaruh pada kesehatan fisik. Untuk menjadikan sufi healing dapat operasional maka ada 4 (empat)) pemahaman keilmuan (kognisi) dan praktek yang diperlukan teringerasi dan saling memperkuat.

Pertama: Pemahaman Islam Utuh.
Pemahaman Islam yang utuh diawali dari kesamaan pendapat dan pemahaman yang utuh tentang rukun agama, Iman, Islam dan Ihsan. Pilat ketiga yaitu ihsan sesuai hadist mutawatir mahuwal iman, Islam dan ihsan. Intinya adalah pengertian penting ihsan, dengan capaian menyadari kehadairan Tuhan (musyahadah) dan menimal muraqabah dalam semua keadaan.

Kedua: Penguatan Riyadhah.
Beragama secara teori atau keilmuan semata tidak akan berpengaruh pada jiwa dan pikiran. Beragama dapat efektif bila amalan, syariat dan ketentuan (syariat) dilakukan dengan kaffah. Pengenalan dan pengamalan yang dapat dikatana riyadhah dapat dimulai pemahaman konsep tazkiyah, Takhalli, Tahalli dan Tajalli pendekatan imam Al Ghazalian seperti yang dibahas panjang dalam kitab ihya ulumuddin rubu’ ibadat (ibadah), al-darajat (ilmu), al muhlikat (akhlak tercela) dan al munjiyat (ketenangan hati).

Ketiga: Pembentukan Nalar Ruhiyah.
Pembentukan nalar ruhaniyah, maksudnya adalah membentuk alam pikiran (maindset) ketuhanan atau kesadaran beragama. Dalam ilmu psikologi agama diterangkan bahwa tugas perkembangan keagamaan tertinggi atau orang dewasa adalah adanya kemantapan iman. Iman yang sudah kokoh akan melahirkan sikap, dan prilak yang bertanggung jawab, jujur, taat dan siap memberikan pengorbanan bagi tujuan suci (akhirat). Untuk melaksanakan agama yang berkesadaran Ini perlu bantuan ilmu psikologi, konssultasi psikiater dan bimbingan konselor religus sehingga akan pasti menyatunya iman, islam dan ihsan.

Keempat: Autohealing (Konselor Untuk Diri Sendiri)
Kompetensi minimal dari alumni prodi tasawuf psikoterapi adalah tercapainya kualitas diri yang mampu mengkonsul dan menyehatkan diri sendiri melalui kajian tasawuf, psikologi dan terapi qalbu. Menjadikan orang bisa menkonseling diri sendiri, atau outohealing, dalam tasawuf alat mencapainya adalah pemahaman dan penyadaran (dzouq) melalui praktek hidup sederhana (zuhud), berkesadaran (taubat), tidak ambisius (faqir) dan maqamat lainya. Dapat pula dibimbing melalui gaya hidup disiplin dalam menerapkan optimis (raja’), waspada (khauf), merasa dekat dan bersahabat dengan khaliq (al uns), yakin (yaqin) dan ahwal lainnya.

Penyehatan diri sendiri dapat pula melalui penatalaksaan kondisi jiwa melalui konsultasi dengan psikiter berbasis ilmu psikologi, sekaligus dilakukan terapis melalui praktek dzikir, doa dan wirid tarekat dengan pembimbingnya mursyid dan syekh tarekat. Kompetensi autoheling yang dapat bermanfaat bagi individu yang tengah menghadapi krisis diri oleh karena berbagai masalahnya.

D. USER TERAPIS TASAWUF PSIKOTERAPI
Kompetensi atau keahlian khusus yang akan dihasilKan oleh program studi tasawuf psikoterapi seperti disebutkan di atas secara umum adalah menyediakan tenaga ahli (terapis) dengan penguasaan ilmu dan praktek tasawuf, ilmu psikologi dan medis (mental healty). Kompetensi seperti ini diperlukan dan dapat membantu preventif (pencegahan) dan kuratif dan penyehatan terhadap masalah sosial yang berakar dari kesehatan mental, yaitu:

  1. Terapi pencandu narkoba dan ketergantungan obat. Melalui pencerahan (muhasabah), ibadah yang rutin dan dzikir tarekat naqsabandiyah. Best praktice Abah Anon Pesanteren Suryalaya. Maka menjalin kerjasama dengan Badan Narkoba Nasional (BNN) alumni akan mendapat kesempatan kerja dan sekaligus akan memperkuat keberadaan prodi tasawuf psikoterapi.
  2. Terapi pencegahan radikalisme dan terapi deradikalisasi. Melalui penguatan dan pemantapan tata laksana dan penguatan nalar aqidah yang wasthaiyah (moderasi beragama, moderat) dan wawasan universalnya Islam dan berbagai pandangan keislaman dan hubungannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara dapat mencegah lahirnya sikap radikal dari yang menimal sampai maksimal, menjadi teroris. Untuk itu perlu dilakukan kerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) sebagai stakeholder yang memiliki tupoksi pencegahan teroris dan deradikalisasi.
  3. Terapi untuk dunia kerja. Dunia pekerjaan selalu bermasalah baik untuk akselerasi pekerja seperti motivasi SDM perusahaan untuk peningkatan produktivitas, membimbing mentalitas korban PHK, mendampingi pengangguran dan kecelakaan kerja, melalui penguatan aqidah ahlussunah yang integrasi ikhtiar, usaha, doa, tawakal dan taqdir adalah sofskill yang hanya dimiliki oleh alumni prodi tasawuf psikoterapi. Dalam bimbingan dan konseling dikenal BK Karir bekerjasama dengan intitusi akademik yang menyediakan layangan Bimbingan Konseling (BK) adalah keharusan adanya. Begitu juga halnya melakukan kerjasama dengan BUMN, Perusahan Swasta, dan Pemerintah Daerah adalah cara terbaik untuk memastikan keterpakaian alumni.
  4. Terapi naza’ (mengurangi rasa sakit, dan kepayahan saat akan wafat), pembimbingan talqin dzikir,pembacaan yasinan dan melakukan konseling kematian terhadap keluarga yang ditimpa musibah, sampai penyelenggaraan jenazah, pasca kematian dan ritual yang terkait dengan tradisi dan kesolidan keluarga, khususnya soal mawaris. Kerjasama dengan Rumah Sakit dan Pemerintah Daerah adalah cara untuk mempromosikan prodi tasawuf psikoterapi.
  5. Terapi remaja bermasalah. Remaja bermasalah di era 4.0 ini adalah keniscayaan yang tak mudah diatasi. Memberikan edukasi kesehatan mental, pentingnya agama dan masa depan remaja, membantu mediasi orang tua dengan anaknya yang masih remaja, konseling dan bimbingan religius remaja dan pendekatan moral serta hukum adalah bahagian yang dapat dikerjakan oleh alumni tasawuf psikoterapi. Kerjasama Dinas Pendidikan dan Kemenag adalah pilihan tepat.

Penutup tulisan ini ingin ditegaskan bahwa keilmuan tasawuf sebagai ilmu klasik Islam yang masih teoritis, batiniyah dan cendrung dipahami tertutup, ternyata dapat dipratikkan, dizahirkan dan diaplikasi bagi kepentingan kesehatan mental dan terapi bagi mengatasi problema kehidupan. Sisi batin tasawuf yang sudah mapan melalui praktek kaum tarekat yang dipandang ekslusif dan tidak untuk konsumsi publik, ternyata dapat dicarikan titik temunya dengan kajian psikologi Islam dan ilmu kesehatan mental. Tidaklah akan mengurangi sakralnya tasawuf dan tarekat ketika tujuan dan manfaatnya dapat membantu masyarakat mengatasi masalah sosial, kesehatan jiwa dan krisis identitas.

Patut juga dicarikan cara bagaimana simbol, tradisi, image dan kesan yang melekat dengan tasawuf dan tarekat seperti terma mursyid, wirid, silsilah, suluk, dzikir, khalifah, dan istilah lainnya untuk disepadankan dengan terma yang berlaku dilingkungan akademik. Penyesuaian, relevansi dan negosisasi identitas lazimnya bersifat akomodatif dan saling membutuhkan. Tasawuf membutuhkan masyarakat yang cerah, bersih hati dan tenteram qalbu, ilmu-ilmu moderen memiliki kebutuhan untuk memberikan layanan bagi pencapaian kualitas hidup yang lebih baik dan bahagia. Pertemuan kutub dzouq dan ilmiah adalah solusi bagi kebaikan lebih luas dan lebih langgeeng. Amin. Tm5. 15122022 Oleh: Duski Samad, Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Imam Bonjol dalam Refleksi Workshop Kurikulum Program Studi Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol, Rabu-Kamis, 14-15 Desember 2022

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *