Benchmarking Kebangsaan dan Moderasi

19 September 2022
Padang-Medan
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama mengadakan Benchmarking ke provinsi Sumatera Utara yang bertemakan Benchmarking Kebangsaan dan Moderasi. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 13 Sampai 17 September 2022.
Benchmarking tersebut diikuti oleh Dekan FUSA yang didampingi oleh Wakil dekan 2 dan Wakil Dekan 3. Selain pimpinan fakultas, Benchmarking ini juga diikuti oleh para pimpinan dari setiap prodi, staff akademik serta beberapa dosen.
Benchmarking terdiri dari beberapa agenda yaitu pertemuan dengan Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) dan Napak Tilas Kebudayaan dan Keagamaan di daerah kota Medan dan Pulau Samosir.
Dalam Pertemuan dengan Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UINSU, Dekan FUSA menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan yang hangat dari pimpinan beserta jajaran yang ada pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UINSU. Selain itu diadakan juga penyerahan cinderamata kepada UINSU.

Setelah pertemuan di UINSU, rombongan mengadakan Napak Tilas ke Istana Maimoon sebagai bentuk eksistensi Islam di kota Medan. Selain itu rombongan juga melakukan kunjungan ke Klenteng dan Maha Vihara Maitreya sebagai simbol dan tempat ibadah terbesar kedua di kota bagi umat Buddha.

Pada hari sabtu, rombongan mengadakan Napak Tilas ke Pulau Samosir yang menjadi tempat yang indah dan juga memiliki objek yang sangat baik dijadikan sebagai tempat penelitian khususnya bagi dosen-dosen Fakultas Ushuluddun dan Studi Agama.
Dalam Napak Tilas kali ini, para rombongan melakukan beberapa kegiatan untuk mengetahui budaya, pemahaman serta dinamika keagamaan masyarakat di Pulau Samosir.
Pada kesempatan ini, Rombongan Benchmarking Fakultas Ushuluddin berkesempatan untuk mengetahui sejarah tentang marga Sibontar yang menjadi salah satu marga yang paling tua di pulau samosir. Pemandu napak tilas budaya ini menjelaskan bagaimana sejarah orang-orang Batak pada awalnya memiliki pemahaman keagamaan yang disebut dengan Parmalim. Ajaran yang berbeda dengan ajaran keagamaan yang ada pada saat sekarang ini yang lebih banyak beragama Kristen atau Protestan. Dalam ritual pernikahan, orang-orang Batak memiliki keunikan bahwa mereka tidak dibenarkan untuk bercerai dan jika bercerai dianggap telah menghinakan marga perempuan yang menjadi mantan istrinya. selain itu, orang-orang Batak juga memiliki keunikan dalam upacara kematian. Ritual kematian yang mereka lakukan adalah dengan mengubur keluarga yang telah meninggal dalam satu ruang yang sama dan memiliki kesetaraan yang sama. Setelah 7 tahun maka diadalan ritual pemindahan tulang-belulang keluarga yang meninggal ke tempat yang lebih tinggi dalam stuktrur bangunan kuburan yang sama. Hal ini berlanjut sampai beberapa generasi yang akan menempati kuburan yang sama.


Kesempatan lain yang diperoleh adalah melihat secara langsung prosesi tari Tor-tor yang menjadi ciri khas budaya Batak ketika melakukan ritual pemindahan tulang-belulang para leluhur mereka. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para dosen yang ikut dalam Benchmarking untuk ikut dalam melakukan tarian Tor-tor sebagai bentuk pengalaman serta menghargai budaya sesama umat manusia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *